Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah[1],
lahir sekitar 1450 M,
namun ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir pada sekitar 1448 M. Sunan
Gunung Jati adalah salah satu dari kelompok ulama besar
di Jawa bernama walisongo.
Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam
di Jawa
Barat.
Orang tua
Sunan Gunung Jati bernama Syarif
Hidayatullah, lahir sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah
Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir
besar dariGujarat, India yang
sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi
kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra
Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama
besar di Hadramaut, Yaman yang
silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam
Husain.
Ibu
Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah
Muda'im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu
Siliwangi dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian
Santang dan Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana / Cakrabumi atau
Mbah Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh
Datuk Kahfi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama
asliIdhafi Mahdi bin Ahmad.
Ia dimakamkan bersebelahan dengan putranya yaitu Sunan Gunung Jati di Komplek
Astana Gunung Sembung ( Cirebon )
Silsilah
·
.Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan
bin
·
.Sayyid 'Umadtuddin Abdullah Al-Khan bin
·
.Sayyid 'Ali Nuruddin Al-Khan @ 'Ali Nurul 'Alam
bin
·
.Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin
Al-Khan bin
·
.Sayyid Abdullah Al-'Azhomatu Khan bin
·
.Sayyid Amir 'Abdul Malik Al-Muhajir
(Nasrabad,India) bin
·
.Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
·
.Sayyid Ali Kholi' Qosim bin
·
.Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
·
.Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
·
.Sayyid Alawi Awwal bin
·
.Sayyid Al-Imam 'Ubaidillah bin
·
.Sayyid 'Isa Naqib Ar-Rumi bin
·
.Sayyid Muhammad An-Naqib bin
·
.Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
·
.Sayyidina Ja'far As-Sodiq bin
·
.Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
·
.Sayyidina 'Ali Zainal 'Abidin bin
·
.Al-Imam Sayyidina Hussain
Silsilah
dari Raja Pajajaran
·
.Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah
·
.Rara Santang (Syarifah Muda'im)
·
.Prabu Jaya Dewata @ Raden Pamanah Rasa @ Prabu
Siliwangi II
·
.Prabu Dewa Niskala (Raja Galuh/Kawali)
·
.Niskala Wastu Kancana @ Prabu Siliwangi I
·
.Prabu Linggabuana @ Prabu Wangi (Raja yang
tewas di Bubat)
Pertemuan
orang tuanya
Pertemuan Rara
Santang dengan Syarif Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar masih diperselisihkan.
Sebagian riwayat (lebih tepatnya mitos) menyebutkan bertemu pertama kali
di Mesir,
tapi analisis yang lebih kuat atas dasar perkembangan Islam di pesisir ketika
itu, pertemuan mereka di tempat-tempat pengajian seperti yang di Majelis Syekh Quro,
Karawang (tempat belajar Nyai Subang Larang ibu dari Rara Santang) atau
di Majelis Syekh Datuk
Kahfi, Cirebon (tempat belajar Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang, kakanda
dari Rara Santang).
Syarif Abdullah
cucu Syekh Maulana Akbar, sangat mungkin terlibat aktif membantu pengajian di
majelis-majelis itu mengingat ayah dan kakeknua datang ke Nusantara sengaja
untuk menyokong perkembangan agama Islam yang telah dirintis oleh para
pendahulu.
Pernikahan Rara
Santang putri dari Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang dengan Abdullah cucu
Syekh Maulana Akbar melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Syarif
Hidayatullah.
Perjalanan Hidup
Proses
belajar
Raden Syarif Hidayatullah
mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh Maulana Akbar
sehingga ketika telah selesai belajar agama di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia
meneruskan ke Timur Tengah. Tempat mana saja yang dikunjungi masih
diperselisihkan, kecuali (mungkin) Mekah dan Madinah karena
ke 2 tempat itu wajib dikunjungi sebagai bagian dari ibadah haji untuk umat
Islam.
Babad Cirebon
menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuwana membangun kota Cirebon dan tidak
mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Raden Syarif Hidayatullah
mengambil peranan mambangun kota Cirebon dan
menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya
wafat.
Pernikahan
Memasuki usia
dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika
itu bernama Nyai Kawunganten. Dari
pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu
Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi
Sultan Banten I.
Kesultanan
Demak
Masa ini kurang
banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa pendirian Kesultanan
Demak tahun 1487 yang mana ia memberikan andil karena sebagai anggota
dari Dewan Muballigh yang sekarang kita kenal dengan nama Walisongo.
Pada masa ini, ia berusia sekitar 37 tahun kurang lebih sama dengan usia Raden Patah yang
baru diangkat menjadi Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah. Bila Syarif
Hidayat keturunan Syekh Maulana Akbar Gujarat dari pihak ayah, maka Raden Patah
adalah keturunannya juga tapi dari pihak ibu yang lahir di Campa.
Dengan diangkatnya
Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa bukan hanya di Demak, maka Cirebon
menjadi semacam Negara Bagian bawahan vassal state dari
kesultanan Demak, terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang pelantikan
Syarif Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon.
Hal ini sesuai
dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang paling di-tua-kan
di Dewan Muballigh, bahwa agama Islam akan disebarkan di P. Jawa dengan
Kesultanan Demak sebagai pelopornya.
Gangguan
proses Islamisasi
Setelah
pendirian Kesultanan Demak antara tahun 1490 hingga 1518 adalah masa-masa
paling sulit, baik bagi Syarif Hidayat dan Raden Patah karena proses Islamisasi
secara damai mengalami gangguan internal dari kerajaan Pakuan dan Galuh (di Jawa
Barat) dan Majapahit (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan gangguan
external dari Portugis yang telah mulai expansi di Asia Tenggara.
Tentang
personaliti dari Syarif Hidayat yang banyak dilukiskan sebagai seorang Ulama
kharismatik, dalam beberapa riwayat yang kuat, memiliki peranan penting dalam
pengadilan Syekh Siti Jenar pada tahun 1508 di pelataran
Masjid Demak. Ia ikut membimbing Ulama berperangai ganjil itu untuk menerima
hukuman mati dengan lebih dulu melucuti ilmu kekebalan tubuhnya.
Eksekusi yang
dilakukan Sunan Kalijaga akhirnya berjalan baik, dan dengan wafatnya Syekh Siti
Jenar, maka salah satu duri dalam daging di Kesultana Demak telah tercabut.
Raja Pakuan di
awal abad 16, seiring masuknya Portugis di Pasai dan Malaka, merasa mendapat
sekutu untuk mengurangi pengaruh Syarif Hidayat yang telah berkembang di
Cirebon dan Banten. Hanya Sunda
Kelapa yang masih dalam kekuasaan Pakuan.
Di saat yang
genting inilah Syarif Hidayat berperan dalam membimbing Pati Unus dalam
pembentukan armada gabungan Kesultanan Banten, Demak, Cirebon di P. Jawa dengan
misi utama mengusir Portugis dari wilayah Asia Tenggara. Terlebih dulu Syarif
Hidayat menikahkan putrinya untuk menjadi istri Pati Unus yang ke 2 pada tahun
1511.
Kegagalan
expedisi jihad II Pati Unus yang sangat fatal pada tahun 1521 memaksa Syarif
Hidayat merombak Pimpinan Armada Gabungan yang masih tersisa dan
mengangkat Tubagus Pasai(belakangan
dikenal dengan nama Fatahillah),untuk menggantikan Pati Unus yang syahid di
Malaka, sebagai Panglima berikutnya dan menyusun strategi baru untuk memancing
Portugis bertempur di P. Jawa.
Sangat
kebetulan karena Raja Pakuan telah resmi mengundang Armada Portugis datang ke
Sunda Kelapa sebagai dukungan bagi kerajaan Pakuan yang sangat lemah di laut
yang telah dijepit oleh Kesultanan
Banten di Barat dan Kesultanan Cirebon di Timur.
Kedatangan
armada Portugis sangat diharapkan dapat menjaga Sunda Kelapa dari kejatuhan
berikutnya karena praktis Kerajaan Hindu Pakuan tidak memiliki lagi kota
pelabuhan di P. Jawa setelah Banten dan Cirebon menjadi kerajaan-kerajaan
Islam.
Tahun 1527 bulan Juni
Armada Portugis datang dihantam serangan dahsyat dari Pasukan Islam yang telah
bertahun-tahun ingin membalas dendam atas kegagalan expedisi Jihad di Malaka 1521.
Dengan ini
jatuhlah Sunda Kelapa secara resmi ke dalam Kesultanan Banten-Cirebon dan di
rubah nama menjadi Jayakarta dan Tubagus Pasai mendapat gelar Fatahillah.
Perebutan
pengaruh antara Pakuan-Galuh dengan Cirebon-Banten segera bergeser kembali ke
darat. Tetapi Pakuan dan Galuh yang telah kehilangan banyak wilayah menjadi
sulit menjaga keteguhan moral para pembesarnya. Satu persatu dari para
Pangeran, Putri Pakuan di banyak wilayah jatuh ke dalam pelukan agama Islam.
Begitu pula sebagian Panglima Perangnya.
Perundingan
Yang Sangat Menentukan
Satu hal yang
sangat unik dari personaliti Syarif Hidayatullah adalah dalam riwayat jatuhnya
Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda pada tahun 1568 hanya setahun
sebelum ia wafat dalam usia yang sangat sepuh hampir 120 tahun (1569).
Diriwayatkan dalam perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan,
Syarif Hidayat memberikan 2 opsi.
Yang pertama
Pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan
martabatnya seperti gelar Pangeran, Putri atau Panglima dan dipersilakan tetap
tinggal di keraton masing-masing. Yang ke dua adalah bagi yang tidak bersedia
masuk Islam maka harus keluar dari keraton masing-masing dan keluar dari
ibukota Pakuan untuk diberikan tempat di pedalaman Banten wilayah Cibeo sekarang.
Dalam
perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini, sebagian
besar para Pangeran dan Putri-Putri Raja menerima opsi ke 1. Sedang Pasukan
Kawal Istana dan Panglimanya (sebanyak 40 orang) yang merupakan Korps Elite
dari Angkatan Darat Pakuan memilih opsi ke 2. Mereka inilah cikal bakal
penduduk Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota pemukiman hanya
sebanyak 40 keluarga karena keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan. Anggota
yang tidak terpilih harus pindah ke pemukiman Baduy Luar.
Yang menjadi
perdebatan para ahli hingga kini adalah opsi ke 3 yang diminta Para
Pendeta Sunda Wiwitan. Mereka menolak opsi pertama dan ke 2.
Dengan kata lain mereka ingin tetap memeluk agama Sunda Wiwitan (aliran Hindu
di wilayah Pakuan) tetapi tetap bermukim di dalam wilayah Istana Pakuan.
Sejarah
membuktikan hingga penyelidikan yang dilakukan para Arkeolog asing ketika masa
penjajahan Belanda, bahwa istana Pakuan dinyatakan hilang karena tidak
ditemukan sisa-sisa reruntuhannya. Sebagian riwayat yang diyakini kaum Sufi menyatakan
dengan kemampuan yang diberikan Allah karena doa seorang Ulama yang sudah
sangat sepuh sangat mudah dikabulkan, Syarif Hidayat telah memindahkan istana
Pakuan ke alam ghaib sehubungan dengan kerasnya penolakan Para Pendeta Sunda
Wiwitan untuk tidak menerima Islam ataupun sekadar keluar dari wilayah Istana
Pakuan.
Bagi para
sejarawan, ia adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika itu dengan bukti
berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur mencapai
puncaknya 1650 hingga 1680 yang runtuh hanya karena pengkhianatan seorang
anggota istana yang dikenal dengan nama Sultan Haji.
Dengan segala
jasanya umat Islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana
Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.
Catatan kaki
- ^ (Indonesia) Muljana,
Slamet (2005). Runtuhnya
kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara.
PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 72. ISBN 9798451163.ISBN
978-979-8451-16-4
Asal usul Walisongo
Teori keturunan Hadramaut
Walaupun masih ada pendapat yang
menyebut Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat
lainnya, namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur
penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian
besar adalah kaum Sayyid atau Syarif. Beberapa
argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam bukunya Thariqah
Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa Walisongo adalah keturunan Hadramaut
(Yaman):
- L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda
yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout
et les colonies arabes dans l'archipel Indien (1886)[5]mengatakan:
”Adapun hasil
nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid
Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja
Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku
lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak
meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid
Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
- van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal
192-204):
”Pada abad
ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu
sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul
dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka
terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya
pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat
keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam
(Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt (Hadramaut)
membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh
peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya."
Pernyataan van
den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan
atau kelahiran sebagian besar Walisongo di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh
lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya,
yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi,
Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga Hadramaut
lainnya.
- Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian
besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di
Srilangka, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan
Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia
Tengah, Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian
besar bermadzhab Hanafi.
- Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi'i bercorak
tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid,
membaca Diba & Barzanji,
beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan
banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat,
Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Kitab
fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia
dikarang oleh Zainuddin Al
Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik
kaum Fuqaha maupun
kaum Sufi.
Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena
Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan
fiqh Syafi'i dengan pengamalan tasawuf dan
pengutamaan Ahlul Bait.
- Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan
Walisongo seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama
menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga merupakan
gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di
Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau
Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath ulama
besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh
musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan
mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar,
seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak
lainnya.
Teori keturunan Cina (Hui)
Sejarawan Slamet
Muljana mengundang kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan
Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan bahwa Walisongo adalah keturunan Tionghoa Muslim.[6] Pendapat
tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa Walisongo
adalah keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah Orde Baru sempat
melarang terbitnya buku tersebut.[rujukan?]
Referensi-referensi yang
menyatakan dugaan bahwa Walisongo berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai
saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya
dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang
merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk
kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun, Resident Poortman hingga
sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai
sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck
Hurgronjedan L.W.C. van den Berg.
Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia
yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah
sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail
dan banyak dijadikan referensi.
Salah satu ulasan atas tulisan
H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims
in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh
Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila
orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan
mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan [7].
Sumber tertulis tentang Walisongo
1.
Terdapat beberapa sumber tertulis masyarakat
Jawa tentang Walisongo, antara lain Serat Walisanga karya Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab
Walisongo karya Sunan Dalem (Sunan Giri II) yang merupakan anak dari Sunan Giri,
dan juga diceritakan cukup banyak dalam Babad
Tanah Jawi.
2.
Mantan Mufti Johor Sayyid `Alwî b. Tâhir b.
`Abdallâh al-Haddâd (meninggal tahun 1962) juga meninggalkan tulisan yang
berjudul Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta:
Al-Maktab ad-Daimi, 1957). Ia menukil keterangan diantaranya dari Haji `Ali bin
Khairuddin, dalam karyanya Ketrangan kedatangan bungsu (sic!) Arab ke
tanah Jawi sangking Hadramaut.
3.
Dalam penulisan sejarah para keturunan Bani
Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Sayyid Ali bin Abu
Bakar Sakran, 'Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams
al-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman Al-Masyhur; juga terdapat
pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.
Lihat pula
- Mazhab
Syafi'i
- Suku Arab-Indonesia
- Syekh Muhammad Shahib Mirbath
- Sunan Bayat
- Ki Ageng Pandan Arang
- Syekh Siti Jenar
- Resident Poortman
- Syekh Shohibul
Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini
- Majelis Dakwah Walisongo
Pranala luar
- (Inggris) Najmuddin
al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar: Traces of Kubrawiyya
influence in early Indonesian Islam Online publication of Martin
van Bruinessen, by Universiteit Utrecht
- (Indonesia) Syekh
Hasanuddin: Pendiri Pesantren Pertama di Jawa Barat Republika
Online: Jumat, 28 April 2006
Referensi
- ^ Dahlan,
KH. Mohammad. Haul Sunan Ampel Ke-555, Penerbit Yayasan Makam
Sunan Ampel, hlm 1-2, Surabaya, 1979.
- ^ Meinsma,
J.J., 1903. Serat Babad Tanah Jawi, Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi
ing Tahun 1647. S'Gravenhage.
- ^ Istilah maqam,
selain berarti kubur juga dapat berarti tempat menetap atau tempat yang
pernah dikunjungi seorang tokoh; contohnya seperti makam Nabi
Ibrahim di Masjidil
Haram.
- ^ Lihat
pula: Pangeran Sabrang Lor.
- ^ van
den Berg, Lodewijk Willem Christiaan, 1886. ''Le Hadhramout et les
colonies arabes dans l'archipel Indien. Impr. du gouvernement,
Batavia.
- ^ Muljana,
Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya
negara-negara Islam di Nusantara. LkiS. hlm. xxvi + 302 hlm. ISBN 9799798451163.
- ^ Russell
Jones, review
on Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries written
by H. J. de Graaf; Th. G. Th. Pigeaud; M. C. Ricklefs, Bulletin of the
School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 50, No.
2. (1987), hlm. 423-424.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
ReplyDeleteKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.