intelijen –
Keputusan Lembaga Sensor Film (LSF) untuk melarang penayangan film “Noah”,
besutan Darren Aronofsky, dikecam cendekiawan Nahdlatul
Ulama (NU), Muhammad AS Hikam. Mantan Menristek itu bahkan meminta LSF
dibubarkan.
Menurut AS
Hikam, pelarangan film yang bercerita soal Nabi Nuh itu menjadi bukti betapa
jeblognya mutu para elit, khususnya di bidang seni.
AS Hikam
menegaskan, keberadaan LSF belum bisa meyakinkan, bahwa lembaga sensor film ini
bermanfaat, khususnya dalam rangka membuat bangsa Indonesia lebih cerdas dan
mempunyai apresiasi budaya yang tinggi.
“LSF seperti
polisi pikiran (thought police), penghalang kreatifitas, dan bahkan pemaksa
terhadap keyakinan orang yang merupakan
hak asasi. Timbul pertanyaan saya jangan-jangan LSF adalah lembaga yang
kontradiktif dengan perkembangan peradaban dan kemanusiaan?” tulis AS Hikam di
akun Facebook M.A.S Hikam & Friends.
Bahkan, AS
Hikam menegaskan, bahwa alasan LSF melarang “Noah” sangat norak. “Para oknum di
LSF, entah dengan mandat dari siapa, berpretensi menjadi penentu tafsir
keyakinan mana yang benar dan yang tidak,” tegas AS Hikam.
Tak hanya
itu, AS Hikam menyebut tindakan LSF itu seperti “diktator” yang memaksakan mana
yang boleh dan tidak boleh dilihat oleh publik. “Dan seperti lazimnya tindakan
diktator, apa yang dilakukan LSF tidak akan efektif atau akan mencapai tujuan
yaitu membuat publik tidak menonton film itu. Malah sebaliknya, larangan itu
seperti iklan gratis bagi film itu. Lalu buat apa LSF bikin keputusan seperti
itu? Atau, maaf, apakah lembaga ini memang masih perlu ada sich?” tulis AS
Hikam.
Sebelumnya,
otoritas Al Azhar mengeluarkan fatwa bahwa film Noah bertentangan dengan ajaran
Islam. Belakangan, tiga negara
Arab, Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat
Arab juga melarang peredaran film yang dibintangi Russell Crow itu.
Sumber : Intelijen
No comments:
Post a Comment