Tuesday, 21 January 2014

BMKG Waspadai Dampak Badai di Australia pada Cuaca Ekstrem di Indonesia

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mewaspadai kemungkinan terjadi badai di Australia yang bisa mempengaruhi cuaca di sejumlah wilayah di Indonesia menjadi ekstrem.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Prabowo (kiri) dan Deputi Klimatologi BMKG, Widada Sulistya dalam jumpa pers di Jakarta, 10/1/2014 (Foto: VOA/ Iris Gera).

JAKARTA — Sementara itu,  curah hujan tertinggi diperkirakan terjadi  pada pertengahan Januari hingga pertengahan Februari.

Kepada pers di Jakarta, Jumat, Deputi  Klimatologi BMKG, Widada Sulistya mengatakan, BMKG memantau adanya pusaran di wilayah Australia yang berpotensi menjadi badai dan akan berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

“Itu pusaran angin bibit badai tropis, kalau itu berkembang (bisa) seperti yang di Filipina (yang mana)  awalnya seperti itu, pusaran kecil seperti itu, kalau energinya cukup itu akan berkembang, Yang di Darwin berkembang maka kita perlu waspada kemungkinan adanya angin kencang, kemudian hujan lebat dan gelombang tinggi di sekitar Jawa, kemudian Bali dan Nusa Tenggara, Badainya sendiri tidak lewat wilayah kita, badai itu ada di sekitar  Australia tetapi dampaknya secara tidak langsung sekitar 5 sampai 7 hari kedepan,  tetapi sekali lagi kita akan ikuti terus, kita pantau terus,” oaoar Widada.

Widada Sulistya menambahkan BMKG juga terus memantau dan mewaspadai cuaca ekstrim yang terjadi di berbagai negara, seperti  suhu dingin di Amerika Serikat dan Kanada serta turunnya salju di Mesir. Meski  demikian,  menurutnya,  kondisi di tiga negara tersebut sampai saat ini tidak berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia,  namun suhu dingin di China serta turunnya salju di Vietnam  diprediksi BMKG akan berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia.

“Kalau yang di Mesir dan di Amerika sejauh ini belum ada catatan yang menunjukkan adanya hubungan langsung, tetapi kalau yang di Vietnam atau China  ada potensi itu. Karena semakin dingin udara  yang ada di China atau  di Vietnam itu akan bisa mendorong udara ke selatan  ke arah Indonesia,” lanjut Widada.

Pada kesempatan sama, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Prabowo mengatakan sejak November tahun 2013, BMKG sudah mengumumkan curah hujan akan meningkat mulai Desember 2013 hingga April 2014, namun diprediksi curah hujan tertinggi akan terjadi pada pertengahan Januari hingga pertengahan  Februari. Untuk itu ia mengingatkan masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati pada saat curah hujan tinggi.

Ia menegaskan pengalaman tahun lalu juga bisa menjadi pelajaran berharga,  saat Jakarta sempat lumpuh akibat banjir pada pertengahan Januari 2013.

“Pada bulan-bulan Januari, Februari ini kita sedang memasuki tahap-tahap puncak musim hujan, pengalaman yang kita peroleh pada umumnya  puncak musim hujan terjadi dua minggu pada akhir bulan Januari hingga dua minggu pertama bulan Februari. Saat ini tanggal 10 seperti ini kami di BMKG sedang dalam tahap siaga penuh. Sebagai pengalaman tahun 2013, (banjir) sempat lumpuhkan Jakarta terjadi pada tanggal 17 Januari. Tapi prediksi kita dalam beberapa hari mendatang ini ada potensi curah hujan yang dapat muncul kembali,  kemungkinan hari Minggu-Senin terjadi curah hujan, umumnya udara mengalir  dari daerah-daerah yang samudera luas baik Pasifik maupun Samudera  Hindia sebelah barat sehingga potensi membawa uap air banyak,” ungkap Prabowo.

BMKG secara khusus mengingatkan pemerintah daerah yang  masyarakatnya mayoritas sebagai  nelayan, serta daerah yang memiliki banyak lokasi wisata pantai untuk mewaspadai cuaca buruk bahkan ekstrim, terutama pada Januari hingga  Februari.



Sumber : Voa Indonesia 

No comments:

Post a Comment

Tukar Link

Free Search Engine Submission