Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
mewaspadai kemungkinan terjadi badai di Australia yang bisa mempengaruhi cuaca
di sejumlah wilayah di Indonesia menjadi ekstrem.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Prabowo (kiri)
dan Deputi Klimatologi BMKG, Widada Sulistya dalam jumpa pers di Jakarta,
10/1/2014 (Foto: VOA/ Iris Gera).
JAKARTA — Sementara itu, curah hujan tertinggi diperkirakan
terjadi pada pertengahan Januari hingga
pertengahan Februari.
Kepada pers di Jakarta, Jumat, Deputi Klimatologi BMKG, Widada Sulistya mengatakan,
BMKG memantau adanya pusaran di wilayah Australia yang berpotensi menjadi badai
dan akan berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, Bali
dan Nusa Tenggara.
“Itu pusaran angin bibit badai tropis, kalau itu
berkembang (bisa) seperti yang di Filipina (yang mana) awalnya seperti itu, pusaran kecil seperti
itu, kalau energinya cukup itu akan berkembang, Yang di Darwin berkembang maka
kita perlu waspada kemungkinan adanya angin kencang, kemudian hujan lebat dan
gelombang tinggi di sekitar Jawa, kemudian Bali dan Nusa Tenggara, Badainya
sendiri tidak lewat wilayah kita, badai itu ada di sekitar Australia tetapi dampaknya secara tidak
langsung sekitar 5 sampai 7 hari kedepan,
tetapi sekali lagi kita akan ikuti terus, kita pantau terus,” oaoar
Widada.
Widada Sulistya menambahkan BMKG juga terus memantau
dan mewaspadai cuaca ekstrim yang terjadi di berbagai negara, seperti suhu dingin di Amerika Serikat dan Kanada
serta turunnya salju di Mesir. Meski
demikian, menurutnya, kondisi di tiga negara tersebut sampai saat
ini tidak berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia, namun suhu dingin di China serta turunnya
salju di Vietnam diprediksi BMKG akan
berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia.
“Kalau yang di Mesir dan di Amerika sejauh ini belum
ada catatan yang menunjukkan adanya hubungan langsung, tetapi kalau yang di
Vietnam atau China ada potensi itu.
Karena semakin dingin udara yang ada di
China atau di Vietnam itu akan bisa
mendorong udara ke selatan ke arah
Indonesia,” lanjut Widada.
Pada kesempatan sama, Kepala Pusat Meteorologi Publik
BMKG, Prabowo mengatakan sejak November tahun 2013, BMKG sudah mengumumkan
curah hujan akan meningkat mulai Desember 2013 hingga April 2014, namun
diprediksi curah hujan tertinggi akan terjadi pada pertengahan Januari hingga
pertengahan Februari. Untuk itu ia
mengingatkan masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati pada saat curah
hujan tinggi.
Ia menegaskan pengalaman tahun lalu juga bisa menjadi
pelajaran berharga, saat Jakarta sempat
lumpuh akibat banjir pada pertengahan Januari 2013.
“Pada bulan-bulan Januari, Februari ini kita sedang
memasuki tahap-tahap puncak musim hujan, pengalaman yang kita peroleh pada
umumnya puncak musim hujan terjadi dua
minggu pada akhir bulan Januari hingga dua minggu pertama bulan Februari. Saat
ini tanggal 10 seperti ini kami di BMKG sedang dalam tahap siaga penuh. Sebagai
pengalaman tahun 2013, (banjir) sempat lumpuhkan Jakarta terjadi pada tanggal
17 Januari. Tapi prediksi kita dalam beberapa hari mendatang ini ada potensi
curah hujan yang dapat muncul kembali,
kemungkinan hari Minggu-Senin terjadi curah hujan, umumnya udara
mengalir dari daerah-daerah yang
samudera luas baik Pasifik maupun Samudera
Hindia sebelah barat sehingga potensi membawa uap air banyak,” ungkap
Prabowo.
BMKG secara khusus mengingatkan pemerintah daerah
yang masyarakatnya mayoritas
sebagai nelayan, serta daerah yang
memiliki banyak lokasi wisata pantai untuk mewaspadai cuaca buruk bahkan
ekstrim, terutama pada Januari hingga
Februari.
Sumber : Voa Indonesia
No comments:
Post a Comment