Friday, 24 February 2012

ABSTRAK



Oleh:
Mukhamad Murdiono, M. Pd.
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mendeskripsikan  upaya  penanaman  nilai
mor al  kedisiplinan  kepada  siswa  SMP  melalui  mata  pelajaran  Pendidikan
Kewarganegaraan  (PKn)  dan  kendala-kendala  yang  dihadapi  dalam  melakukan
upaya  tersebut.  Melalui  analisis  kritis  diharapkan  akan  ditemukan  metode
penanaman nilai moral kedisiplinan yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan
di sekolah.
Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  deskriptif  dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah guru yang mengajar
mata  pelajaran  PKn.  Teknik  pengumpulan  data  yang  digunakan  adalah  teknik
dokumentasi  dan  wawancara.  Teknik  pemeriksaan  keabsahan  data  yang
digunakan  adalah  teknik
triangulasi,
yaitu  teknik  pemeriksaan  keabsahan  data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau  sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik  analisis data yang digunakan
dalam  penelitian  ini adalah teknik  analisis  induktif, yaitu  analisis yang  bertolak
dari data dan ber muara pada simpulan-simpulan umum.
Hasil penelitian menunjukkan  bahwa penanaman  nilai moral kedisiplinan
yang  dilakukan oleh  guru  PKn  menggunakan  pendekataan  demokratis.  Cara  ini
dilakukan  oleh  guru  melalui  pener apan  kedisiplinan  yang  lebih  mengedepankan
aspek  edukatif  daripada  hukuman  yang  diberikan  kepada  siswa.  Guru  dalam
membuat  aturan  dilakukan  dengan  cara  menggunakan  penjelasan  dan  rasional
yang  jelas  mengapa  siswa  harus  menerapkan  kedisiplinan  di  sekolah.  Selain
member ikan hukuman guru juga memberikan penghargaan
(reward)
kepada siswa
yang  melakukan  perbuatan  yang  memenuhi  standar   yang  dihar apkan.  Kendala
yang dihadapi guru dalam  melakukan upaya penanaman  nilai moral kedisiplinan
terdiri dari kendala internal dan eksternal. Kendala internal berasal dari dalam diri
guru berupa inkonsistensi dalam menanamkan nilai moral kedisiplinan. Sementara
kendala  eksternal  berupa  lingkungan  yang  terkadang  kurang  mendukung
pelaksanaan  penanaman  nilai  moral  kedisiplinan  melalui  pembelajaran  PKn.
Upaya  yang  dilakukan  untuk  mengatasi  kendala  tersebut  melalui  penjelasan  di
forum sekolah dan dengan pendekatan personal.
Kata kunci
:
nilai moral, kedisiplinan, demokratis
1



Pendahuluan
Sekolah  merupakan  salah  satu  lembaga  pendidikan  yang  mengemban
tugas mempersiapkan SDM yang  berkualitas.  Sekolah dalam hal ini  tidak hanya
dibebani  untuk  mengembangkan  kemampuan  siswa dalam  hal  ranah kognitifnya
saja, akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Apalah gunanya seorang anak
yang kemampuan kognitif  lebih, tetapi tidak didukung dengan sikap (afektif) dan
psikomotor yang baik pula. Dapat  terjadi dengan kemampuannya  yang tinggi  itu
justru  disalahgunakan  untuk  hal-hal  yang  tidak  sesuai  dengan  nilai- nilai  yang
ber laku dalam masyarakat.
Pendidikan  nilai  merupakan  salah  satu  hal  penting  yang  perlu  untuk
diberikan  kepada  peserta  didik.  Dalam  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  Tahun
2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan  pasal  6  ayat  (1)  dinyatakan  bahwa
kur ikulum  untuk  jenis  pendidikan  umum,  kejuruan,  dan  khusus  pada  jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdir i atas: (a) kelompok mata pelajaran agama
dan  akhlak  mulia;  ( b)  kelompok  mata  pelajaran  kewarganegaraan  dan
kepribadian;  (c)  kelompok  mata  pelajaran  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi;  (d)
kelompok mata pelajaran estetika; (e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
dan  kesehatan. Jika  mengacu kepada  apa  yang  tertulis  dalam  PP  No. 19  Tahun
2005  jelas bahwa  salah satu unsur  yang har us  ada dalam  kurikulum pendidikan
baik pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berkaitan dengan pendidikan nilai.
Kohlberg  mengklasifikasikan  nilai  menjadi  dua,  yaitu  nilai  obyektif  dan
nilai  subyektif.  Nilai  obyektif  atau  nilai  universal  yaitu  nilai  yang  bersifat
instrinsik,  yakni  nilai  hakiki  yang  berlaku  sepanjang  masa  secara  universal.
Termasuk dalam nilai universal ini antar a lain  hakikat kebenaran, keindahan dan
keadilan. Adapaun nilai subyektif  yaitu nilai yang sudah memiliki war na, isi dan
corak  tertentu  sesuai  dengan  waktu,  tempat  dan  budaya  kelompok  masyar akat
tertentu.  Menurut  Kosasih  Djahiri  (1999)  nilai
(value)
adalah  harga,  makna,  isi
dan  pesan,  semangat,  atau  jiwa  yang  tersirat  dalam  fakta,  konsep,  dan  teori,
sehingga  bermakna  secar a  fungsional.  Berdasar  pengertian  ini  nilai  difungsikan
2



sebagai  sarana  untuk  mengarahkan,  mengendalikan,  dan  menentukan  kelakuan
seseorang. Nilai dapat juga diartikan sebagai kualitas atau harga sesuatu. Artinya,
sesuatu  dianggap  memiliki  nilai  apabila  sesuatu  itu  secara  intrinsik  memang
ber harga.
Pendidikan  nilai  adalah  pendidikan  yang  mensosialisasikan  dan
menginternalisasikan  nilai- nilai  ke  dalam  diri  siswa  (Ruminiati,  2007:  30) .
Pendidikan  Kewarganegaraan ( PKn)  merupakan  salah  satu  mata  pelajaran  yang
ber fungsi  sebagai pendidikan nilai, yaitu  mata pelajar an  yang mensosialisasikan
dan  menginternalisasikan  nilai- nilai  Pancasila  atau  budaya  bangsa  Indonesia
seper ti  yang  tertuang  dalam  kurikulum  PKn.  Pelaksanaan  pendidikan  nilai  di
sekolah  (dalam  pembelajaran  PKn)  selain  dapat  melalui  taksonomi  Bloom
(kognitif,  psikomotr ik,  dan  afektif),  juga  dapat  dilakukan  atau  melalui  jenjang
afektif  yang  dikemukakan  oleh  Kratzwol  (Ruminiati,  2007:  30)  berupa:
penerimaan  nilai
(receiving),
penanggapan  nilai
(responding) ,
penghargaan  nilai
(valuing),
pengorganisasian  nilai
(organization),
karakterisasi  nilai
(characterization).
Konsep  lain  yang  sering  digunakan  secara  bersamaan  ketika  membahas
masalah nilai adalah konsep moral. Menurut K. Prent (Soenarjati 1989 : 25) moral
berasal  dari  bahasa  latin
mores,
dari  suku  kata
mos
yang  artinya  adat  istiadat,
kelakuan, watak, tabiat, akhlak. Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai
kebiasaan dalam  bertingkah laku yang baik, yang susila. Dari pengertian tersebut
dinyatakan  bahwa  moral  adalah  berkenaan  dengan  kesusilaan.  Seorang  individu
dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah  laku sesuai dengan kaidah-
kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral.
Ouska  dan  Whellan  (Ruminiati,  2007:  32)  mengar tikan  moral  sebagai
pr insip  baik  buruk  yang  ada  dan  melekat  dalam  diri  individu  atau  seseorang.
Walaupun  moral  itu  berada  di  dalam  diri  individu,  tetapi  moral  berada  dalam
suatu  sistem  yang  berwujud  aturan.  Moral  dan  moralitas  memiliki  perbedaan,
karena  moral adalah prinsip  baik buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas
pertimbangan  baik  buruk.  Dengan  demikian  hakikat dan  makna  moralitas  dapat
3



dilihat  dari  cara  individu  yang  memiliki  moral  dalam  mematuhi  maupun
menjalankan aturan.
Pendidikan  kewarganegaraan  sebagai  salah  satu  mata  pelajaran  yang
memuat  pendidikan  moral  memiliki  tugas  untuk  menjadikan  anak  manusia
ber moral  baik  dan  manusiawi.  Ada  beberapa  tokoh  atau  pakar  yang
mengembangkan pembelajaran  nilai moral dengan tujuan membentuk watak atau
karakter  anak.  Salah  satu  pakar  yang  mencoba  menerapkan  cara  atau  strategi
dalam  membentuk  watak  atau  karakter  anak  adalah  Thomas  Lickona.  Dalam
pandangan  Lickona  (1992:  219)  watak  atau  karakter  anak  dapat  dibentuk  atau
dikenal  dengan
educating  for  character.
Dalam  pembentukan  karakter  tersebut,
Lickona mengacu pada pemikiran filosof Michael Novak yang berpendapat bahwa
watak  atau  karakter  seseorang  dibentuk  melalui  tiga  aspek  meliputi:
moral
knowing, moral feeling,
dan
moral behavior.
Melalui  tiga  kerangka  berpikir  tersebut  hasil  pembentukan  sikap  atau
karakter  anak  dapat  dilihat.  Masing-masing  aspek  dalam  tiga  kerangka
pembentukan moral anak yang dikemukakan Lickona di atas memiliki unsur atau
aspek- aspek  tersendiri.  Aspek  konsep  moral
(moral  knowing)
mencakup
kesadaran  moral
(moral  awarness),
pengetahuan  nilai  moral
(knowing  moral
value),
pandangan  ke  depan
(perspective  taking),
penalaran  moral
(moral
reasoning),
pengambilan keputusan
(decision making),
dan pengetahuan dir i
(self
knowledge).
Aspek  sikap  moral
(moral  feeling)
meliputi:  kata hati
(conscience),
rasa  percaya  diri
(self  esteem),
empati
(emphaty),
cinta  kebaikan
(loving  the
good),
pengendalian  diri
(self  control),
dan  kerendahan  hati
(huminity).
Aspek
perilaku  moral
(moral behavior)
mencakup: kemampuan
(compalance),
kemauan
(will),
dan kebiasaan
(habbit).
Salah satu nilai moral yang harus ditanamkan pada anak sejak dini adalah
nilai moral kedisiplinan. Menur ut kamus umum bahasa indonesia kar angan W.J.S.
Poerwadarminta (2007: 296)  disiplin mengandung  arti ketaatan  pada  aturan dan
tata tertib. Istilah ini biasa dipakai dalam dunia kemiliteran. Dalam bahasa Inggris
displin
(discipline)
berar ti  ketertiban, dan ser ing  digunakan  di  sekolah sehingga
muncul  istilah  ketertiban  dalam  sekolah  (Hassan  Shadily,  2002:  185).  Dar i
4



pengertian tentang  disiplin  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa kedisplinan  adalah
perilaku  atau sikap mentaati  peraturan atau tata tertib yang ber laku. Apabila tata
tertib  atau  peraturan  tersebut  diberlakukan  di  sekolah  berati  kedisiplinan
dimaksudkan perilaku mentaati atur an yang berlaku di sekolah.
Elizabeth  B.  Hurlock  (1978:  82)   mengemukakan  bahwa  disiplin  berasal
”disciple”
dari kata yang sama dengan
yakni seorang yang belajar dari atau secara
sukarela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin
dan anak mer upakan mur id yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke
hidup  yang lebih berguna dan bahagia. Dengan  kata lain  displin merupakan  cara
masyarakat mengajar  anak per ilaku  moral yang disetujui oleh masyarakat. Lebih
lanjut  Hurlock  menyatakan  bahwa  seluruh  tujuan  disiplin  adalah  membentuk
perilaku  sedemikian  rupa  sehingga  ia  akan  sesuai  dengan  per an-peran  yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan.
Dengan  berbekal  sikap  disiplin  yang  ada  pada  dir i  seorang  anak  akan
berpengaruh  ter hadap aspek kepr ibadian  anak yang  positif  lainnya.  Aturan  yang
diterapkan kepada anak  akan membatasi anak untuk bisa  menahan diri dan tidak
bersifat
impulsive
. Anak akan belajar bahwa tidak semua keinginan-keinginannya
itu  selalu  bisa  terpenuhi,  mengingat  apa  yang  menjadi  keinginannya  selalu  ada
batasnya.  Anak  juga  akan  memiliki  komitmen  atas  apa  yang  dilakukannya, taat
pada aturan dan tidak bersikap semaunya sendiri. Manfaat lainnya yang diperoleh
adalah anak akan belajar untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Melalui penanaman nilai moral kedisiplinan diharapkan mampu mendidik
anak  untuk  berperilaku  sesuai  dengan  standar  yang  ditetapkan  oleh  kelompok
sosial  mereka.  Kedisiplinan  biasanya  akan  terkait  dengan  adanya  peraturan
sebagai pedoman per ilaku, konsistensi dalam melaksanakan peraturan, cara  yang
digunakan untuk menanamkannya, dan penghar gaan
(reward)
untuk perilaku yang
sejalan dengan per aturan yang berlaku. Hilangnya salah satu bagian penting dalam
penanaman  kedisiplinan  akan  menyebabkan  munculnya  sikap  yang  kurang
menguntungkan  pada diri  anak  dan  akan  terjadi ketidaksesuaian  dengan standar
dan harapan sosial.
5



Dengan  berbekal  kedisiplinan,  maka  seir ing  dengan  bertambahnya  usia
anak, ia akan tahu bagaiamana harus bersikap ter hadap lingkungannya. Anak akan
bertindak  berdasarkan  aturan-aturan  yang  berlaku  di  masyarakat  di  mana  ia
berada. Hasilnya anak dengan mudah akan diterima masyarakat sekitarnya dalam
hal  bersosialisasi.  Pada  masa  lalu,  sebagian  orang  menganggap  bahwa  disiplin
perlu  untuk  menjamin  bahwa  anak  akan  menganut  standar  yang  ditetapkan
masyarakat  dan  yang  har us  dipatuhi  anak  agar   ia  tidak  ditolak  masyarakat.
Sekarang  orang  sudah  menerima  bahwa  setiap  anak  membutuhkan  kedisiplinan
apabila  ia  ingin  hidup  bahagia,  dan  menjadi  orang  yang  baik  penyesuaiannya
dalam  masyarakat.  Melalui  disiplin  seseorang  dapat  belajar  ber perilaku  dengan
cara  yang  diterima  masyarakat,  dan  sebagai  hasilnya  diterima  oleh  anggota
kelompok sosial mereka.
Fenomena  yang  muncul  di  masyarakat,  seringkali  kita  melihat  perilaku
tidak disiplin dar i sebagian anggota masyarakat yang dapat merugikan orang lain.
Per ilaku  kurang  disiplin  dalam  ber lalu  lintas  misalnya,  pelanggaran  terhadap
rambu-rambu  yang  sudah  terpampang  di  jalan  dapat  menyebabkan  orang  lain
celaka.  Seringkali  ter jadi  di  jalan  raya  ada  oknum  yang  suka  menerabas
perempatan  yang  sudah  jelas  lampu
traffic  ligths
menyala  warna  merah.
Seharusnya  ketika  lampu  mer ah  menyala,  semua  pemakai  jalan  harus  berhenti.
Tetapi  ter kadang  ada  oknum  yang  suka  menerabas  bahkan tancap gas  sehingga
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Ser ingkali kita juga melihat budaya  yang kurang berdisiplin dari sebagian
anggota  masyarakat  ketika  mereka  harus  antri.  Kar ena egoisme  yang  tinggi dan
hanya  memperhatikan  kepentingan  dir i  sendir i,  terkadang  aturan  diabaikan
sehingga  dapat  merugikan  orang  lain.  Ironisnya,  dar i  perbuatan  yang  kurang
disiplin seperti itu seringkali pula kita melihat kurangnya hukuman yang jelas dan
tegas  terhadap  para  pelanggar  aturan.  Oleh  karena  itu  di  samping  perlu  untuk
menerapkan  aturan  yang  jelas  per lu  juga  untuk  memberikan  sanksi  yang  tegas
kepada setiap pelanggar aturan.
Mengingat  pentingnya  perilaku  berdisiplin dalam  kehidupan  masyarakat,
maka perlu dilakukan upaya untuk menanamkan kedisiplinan pada setiap anggota
6



masyarakat. Salah satu lembaga yang memiliki peran penting untuk menanamkan
kedisiplinan  adalah  lembaga  pendidikan.  Melalui  pendidikan  baik  pendidikan
formal, infor mal, maupun non formal  kedisiplinan dapat diterapkan dengan  baik.
Ketiga  bentuk  pendidikan  tersebut  yang  paling  memiliki  peran  strategis  dalam
menanamkan  nilai  moral  kedisiplinan  adalah  pendidikan  formal  yang  meliputi
TK, SD, SMP, dan SMA.
Sekolah  Menengah  Pertama  (SMP)  merupakan  salah  satu  jenjang
pendidikan yang juga mengemban tugas untuk membelajarkan nilai kepada semua
peser ta  didiknya.  Siswa  SMP  mer upakan  siswa  yang  sudah  memasuki    masa
remaja,  dimana  masa  remaja  merupakan  masa  mencar i  identitas  dir i,  masa
mencar i  dan  mendapatkan  per an  dalam  masyar akat.  Masa  remaja  merupakan
masa  yang  kritis.  Dalam  masa  ini  kadang-kadang  terjadi  anak  bertingkah  laku
yang aneh-aneh  hanya  dengan  tujuan mendapatkan perhatian dari  masyarakat  di
sekitarnya.  Padahal  apa  yang  dilakukan  itu  bertentangan  dengan  aturan  atau
nor ma yang ber laku di masyarakat.
Salah satu  mata pelajaran dalam  jenjang pendidikan di SMP  adalah mata
pelajaran Pendidikan  Kewarganegar aan (PKn).  Dalam  mata pelajaran  PKn salah
satu ruang lingkupnya adalah norma, hukum dan peraturan, meliputi:  tertib dalam
kehidupan  keluar ga,  tata  tertib  di  sekolah,  norma  yang  berlaku  di  masyarakat,
peraturan-peraturan  daerah,  norma- norma  dalam  kehidupan  berbangsa  dan
ber negara,  sistem  hukum    dan  peradilan
nasional,  hukum  dan  peradilan
internasional.  Salah  satu  kompetensi  dasarnya  siswa  diharapkan  mampu
menerapkan  norma-norma,  kebiasaan,  adat  istiadat  dan  peraturan  yang  berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dar i  ur aian  yang  telah  dikemukakan  di  atas  dapat  dirumuskan
permasalahan tentang bagaimana upaya penanaman nilai moral kedisiplinan pada
siswa  SMP  melalui  mata  pelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan?  Kemudian
adakah  kendala  yang  dihadapi  oleh  guru  PKn  dalam  menanamkan  nilai  moral
kedisiplinan  tersebut?  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengungkap  kedua  hal
tersebut.  Secara  teoritis,  penelitian  yang  dilakukan  ini  diharapkan  dapat
7



menambah  khasanah  ilmu  pengetahuan,  khususnya  bidang  pendidikan  moral.
Selain  itu  juga untuk  merangsang dilakukannya penelitian  yang  lebih  mendalam
dan  menyeluruh  terhadap  permasalahan  dalam  penelitian  ini.  Sementara  secara
praktis,  penelitian  ini  dapat  ber manfaat  bagi  guru  dalam  memilih  metode  yang
tepat  untuk  menanamkan  nilai  moral  kedisiplinan  untuk  siswa  SMP.  Dengan
mengetahui  tentang  metode  penanaman  nilai  moral yang tepat untuk diterapkan
kepada peserta didiknya, diharapkan nantinya anak-anak akan memiliki moralitas
yang baik dan dapat menjadi anak yang menyejukan pandangan mata kedua orang
(qurrota a’yun).
tua
Metode Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan  pendekatan  kualitatif.  Mer upakan  penelitian  deskriptif  karena
penelitian  ini ber maksud menggambarkan atau melukiskan  suatu peristiwa,  yaitu
metode  penanaman  nilai  moral  pada  anak  usia  dini.  Hal  ini  sejalan  dengan
pendapat  Sanapiah  Faisal  (2001:  20),  bahwa  penelitian  deskr iptif  dimaksudkan
untuk eksplorasi  dan  klarifikasi  mengenai  suatu  fenomena atau kenyataan sosial
dengan jalan  mendeskr ipsikan  sejumlah var iabel berkenaan  dengan  masalah dan
unit yang diteliti.
Penelitian  ini dilakukan di SMP Negeri  8 Yogyakarta.  Subyek penelitian
ini  adalah  guru  yang  mengajar  mata  pelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan
(PKn).  Guru  PKn  dianggap  sebagai  orang  yang  berhadapan  langsung  dengan
siswa dalam melaksanakan pendidikan  nilai mor al  kedisiplinan.  Selain  itu,  guru
PKn  merupakan  orang  yang  mengetahui  upaya-upaya  yang  dilakukan  dalam
penanaman nilai moral di sekolah, khususnya nilai mor al kedisiplinan. Guru PKn
yang banyak memberi informasi atau data terutama guru yang mengajar kelas VII
karena  pada  kelas  ini  terdapat  kompetensi  dasar  tentang  bagaimana  siswa
menerapkan  norma-norma,  kebiasaan,  adat  istiadat  dan  peraturan  yang  berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8



Teknik  pengumpulan  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah
wawancara  dan  dokumentasi.  Wawancar a  digunakan  untuk  menjaring  data  atau
informasi  yang  berkaitan  dengan  metode  penanaman  nilai  moral,  pengaruh
terhadap keberhasilan penanaman nilai moral, dan kendala-kendala yang dihadapi.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran keberadaan
obyek yang diteliti. Untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, maka dari data-data yang telah terkumpul terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan  keabsahannya.  Dalam  penelitian  ini  teknik pemer iksaan  keabsahan
data  yang  digunakan  adalah  teknik
triangulasi,
yaitu  teknik  pemeriksaan
keabsahan  data  yang  memanfaatkan  sesuatu  yang  lain  di  luar  data  itu  untuk
keperluan  pengecekan  atau  sebagai  pembanding  terhadap  data  itu  (Lexy  J.
Moleong,  2000:  178).  Teknik
triangulasi
yang  digunakan  dalam  penelitian  ini
adalah
triangulasi
metode,  yaitu  dengan  cara  mengecek  ulang  informasi  hasil
wawancara  dengan  dokumentasi.  Teknik  analisis  data  yang  digunakan  dalam
penelitian ini adalah teknik analisis induktif, yaitu analisis yang bertolak dari data
dan ber muara pada simpulan-simpulan umum. Kesimpulan umum itu bisa berupa
kategor isasi  maupun  proposisi  ( Burhan  Bungin,  2001:  209).  Langkah- langkah
analisis  data  tersebut  meliputi:  reduksi  data,  unitisasi  dan  kategorisasi,  display
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penanaman  nilai  moral  sebenar nya  bukan  hanya  dimonopoli  mata
pelajaran PKn, artinya setiap  mata pelajaran dapat menyisipkan nilai-nilai  moral
kepada  anak.  Namun  demikian  sebagian  orang  sudah  menganggap  bahwa
mendidik  anak  memiliki  moralitas  yang  baik  merupakan  salah  satu
tanggungjawab  yang  harus  diemban  oleh  mata  pelajar an  PKn.  Oleh  karena
tanggungjawab  yang  besar  terpikul  oleh  mata  pelajaran  ini,  perlu  dilakukan
langkah  atau  strategi  yang  tepat  dalam  menanamkan  nilai  moral  dalam
pembelajaran PKn.
Secara  umum  langkah  yang  telah  dilakukan  oleh  SMP  N  8  Yogyakarta
dalam  menanamkan  nilai  moral kedisiplinan  adalah  dengan  membuat tata  tertib
9



sekolah yang diperbanyak dalam bentuk buku saku. Tata tertib tersebut kemudian
dibagikan  kepada  seluruh  sivitas  akademika,  termasuk  para  guru  di  sekolah.
Peraturan  atau  tata  tertib  yang  dibuat  oleh  sekolah  merupakan  bagian  dari
penanaman  nilai  moral  kedisiplinan  yang  dilakukan  terhadap  siswa.  Melalui
kedisiplinan yang baik akan tercipta lingkungan kondusif dalam kegiatan belajar
mengajar.  Hal  itu  sesuai  dengan  tujuan  dibuatnya  tata  tertib  di  SMP  N  8
Yogyakarta,  yaitu  mewujudkan  dan  menjaga  lingkungan  yang  kondusif  dalam
kegiatan belajar mengajar.
Sebagai  bentuk  ketegasan sekolah terhadap tata tertib  yang dibuat  dalam
rangka  mewujudkan  kedisiplinan,  diberikan  pula  sanksi  terhadap  pelanggar an
yang  dilakukan  oleh  siswa  berdasarkan  sistem  point.  Untuk  setiap  point  yang
dikenakan,  orang  tua  dapat  dipanggil  untuk diberi  informasi  mengenai  keadaan
siswa yang bersangkutan. Selain sistem point, sanksi yang diber ikan kepada siswa
yang  melanggar  tata  tertib  sekolah  dapat  juga  berupa:  peringatan  lisan,  tidak
diperbolehkan  mengikuti  pelajaran  oleh  guru  yang  bersangkutan,  mengerjakan
suatu  peker jaan/tugas  yang  ditentukan  oleh  guru/sekolah,  per ingatan  secara
tertulis,  panggilan  orang  tua  siswa,  skorsing  t idak  boleh  mengikuti  pelajaran
selama beberapa hari, or ang tua dimohon menarik kembali anaknya sebagai siswa
SMP N 8 Yogyakarta, dan dikeluarkan dari sekolah dengan tidak hormat. Sanksi-
sanksi  tersebut  di  atas  dapat  dikenakan  sesuai  dengan  tingkat  dan  bobot
pelanggaran siswa.
Dar i  uraian  tentang  upaya  pener apan  tata  tertib  sekolah  dalam  rangka
menanamkan kedisiplinan kepada siswa, kemudian dijabarkan lebih spesif ik lagi
oleh  masing-masing  guru.  Dalam  menanamkan  kedisiplinan  kepada  siswa,
seorang  guru  dapat  memasukkan  cara  mendisiplinkan  siswa  ke  dalam  proses
pembelajaran  dengan  tetap  memperhatikan  tata  tertib  sekolah  sebagai  acuan.
Sehingga  apa  yang  dilakukan  oleh  guru  tidak  berseberangan  dengan  apa  yang
telah  ditentukan  oleh  sekolah.  Begitu  pula  ketika  memberikan  sanksi  terhadap
pelanggaran  yang  dilakukan  oleh  siswa,  maka  guru  harus  tetap  memper hatikan
ketentuan yang telah dibuat sekolah.
10



Dalam mata pelajaran PKn yang dilakukan gur u untuk menanamkan nilai
mor al  kedisiplinan  kepada  para  siswanya  dengan  cara  memasukkan  nilai-nilai
kedisiplinan dalam pembelajaran.  Dimasukkannya  nilai- nilai  kedisiplinan  bukan
hanya  pada  pokok  bahasan  tertentu  saja,  melainkan  setiap  pokok  bahasan  guru
selalu  berupaya  untuk  menanamkan  nilai  kedisiplinan.  Misalnya  guru
menerangkan  pokok  bahasan  “pr estasi  dir i”  maka  di  dalamnya  guru  akan
menjelaskan bahwa prestasi dir i dapat diperoleh dengan cara membiasakan untuk
berdisplin.  Melalui  kedisiplinan  seseorang  akan  mencapai  prestasi  sesuai  yang
diharapkan. Selain  secara  langsung  menyisipkan  nilai  moral  kedisiplinan dalam
materi  pembelajar an,  guru  juga  melakukan  upaya  berupa  pember lakuan  aturan
dalam pembelajaran PKn.
Upaya  yang  dilakukan  oleh  guru  di  atas  tentunya  sudah  dibicarakan
terlebih dahulu dengan  siswa  melalui kontrak  belajar  yang  dilakukan  pada  awal
pertemuan.  Guru  memberitahu  tentang  hal  apa  saja  yang  boleh  dilakukan  dan
harus  dikerjakan  dalam  pembelajaran  PKn,  dan  hal  apa  saja  yang  tidak  boleh
dilakukan  selama  mengikuti  pelajaran  PKn.  Penjelasan  yang  disampaikan  oleh
guru  tentang  aturan-aturan  yang  harus  ditaati  disertai  pula  dengan  penjelasan
sanksi-sanksi yang akan diterima apabila aturan tersebut  dilanggar. Penghargaan
(reward)
juga diberitahukan kepada para siswa apabila mentaati aturan yang telah
disepakati.  Aturan  yang  dibuat  guru  dalam  pembelajaran  dalam  rangka
menanamkan nilai moral kedisiplinan lebih mengarah kepada aspek edukatif atau
mendidik  bukan  pada  hukuman  yang  diber ikan.  Penghargaan
( reward)
yang
diberikan  kepada  siswa  yang  mentaati  aturan  ( disiplin)  biasanya  berupa  pujian
atau pemberian nilai yang baik.
Dar i  uraian  yang  telah  dikemukakan  di  atas, menunjukkan bahwa upaya
yang  dilakukan  oleh  gur u  PKn  dalam  menanamkan  kedisiplinan  melalui  mata
pelajaran PKn lebih mengarah kepada cara mendisiplinkan anak yang demokratis.
Melalui  cara  ini  guru  memberikan  penjelasan  dan  alasan  rasional  yang  dapat
membantu anak mengerti dan memahami mengapa mereka perlu melakukan sikap
kedisiplinan  dalam  mengikuti  pelajaran.  Guru  juga  lebih  mengedepankan  aspek
mendidiknya  daripada  hukuman  yang  diber ikan.  Meskipun  hukuman  tetap
11



diberikan,  tetapi  proporsinya  disesuaikan  dengan  penghargaan
(reward)
yang
diberikan. Hukuman  yang ber sifat  mendidik dapat  tercermin  dari  tidak kerasnya
hukuman  yang  diberikan  atau  dengan  kata  lain  hukuman  tidak  ber bentuk
hukuman  badan.  Hukuman  yang  diber ikan  sebagai  upaya  untuk  menunjukkan
bahwa apabila secara sadar siswa melakukan apa yang tidak diharapkan oleh guru
itu  merupakan  perbuatan  yang  tidak  baik.  Sebaliknya  apabila  siswa  memiliki
perilaku  yang  memenuhi standar  yang diharapkan, guru  secara  demokratis akan
menghargainya dengan pujian atau pernyataan per setujuan yang lain.
Upaya  penanaman  nilai  moral  kedisiplinan  yang  dilakukan  gur u  dalam
pembelajaran  PKn  tentunya  tidak  tanpa  kendala.  Ternyata  dijumpai  beberapa
kendala dalam penanaman nilai moral kedisiplinan. Kendala tersebut dapat berupa
kendala  inter nal,  yang  datang  dar i  dalam  dir i  seorang  guru,  maupun  kendala
eksternal yang datang dari luar guru. Kendala internal yang datang dari dalam dir i
guru  berupa  inkonsistensi  dalam  melakukan  atau  menerapkan  aturan.
Ketidakkonsistenan  yang  dilakukan  oleh  guru  dalam  menanamkan  nilai  moral
kedisiplinan misalnya terjadi ketika guru menjadi model dalam menjalankan sikap
kedisiplinan, ternyata guru sendir i juga melakukan tindakan yang kurang disiplin.
Kendala  ter sebut  diatasi  dengan  cara  melakukan  upaya  ”penyadaran”
bahwa guru memiliki peran sebagai teladan. Karena hal tersebut maka guru harus
selalu  melakukan  introspeksi,  dan  terus  untuk  melakukan  koreksi  dengan  cara
menyelaraskan  apa  yang  disampaikan  atau  diucapkan  di  kelas  dengan apa yang
dilakukannya di luar kelas. Melalui cara ini guru harus selalu ingat bahwa dirinya
sebagai  panutan  atau  contoh  bagi  para  siswanya,  sehingga  setiap  kata  dan
perbuatan  yang  dilakukan  harus  sesuai  dengan  apa  yang  pernah  disampaikan
kepada  para  siswanya. Selain  itu  perlu  ada  niat  yang  tulus  dari  para  guru  untuk
tetap  terus  memperbaiki  diri  apabila  melakukan  kesalahan,  terutama  apabila
kesalahan tersebut dapat dilihat secara langsung oleh siswa.
Selain kendala  inter nal, ada juga kendala eksternal  yang menjadi kendala
penanaman  nilai  moral  kedisiplinan  kepada  siswa  yaitu  berupa  kendala  yang
datang  dari  lingkungan.  Kendala  yang  datang  dari  lingkungan  biasanya  berupa
ketidaksepahamannya  apa  yang  dilakukan  oleh  guru  PKn  dengan  guru  lain.
12



Misalnya dalam member ikan hukuman terhadap para pelanggar aturan yang telah
disepakati oleh guru PKn dan siswa. Ser ingkali ada perbedaan dalam memberikan
hukuman  terhadap  pelanggaran  yang  sama,  sehingga  anak  akan  memandang
ber beda terhadap hukuman  yang diberikan oleh  guru terhadap  pelanggaran  yang
sama. Hal itu menjadi satu acuan  yang terkadang membingungkan siswa sendir i.
Kemudian siswa akan membanding-bandingkan dengan hukuman yang diber ikan
oleh  guru  lain  yang  terkadang  terlalu  r ingan  atau  kurang  mendidik.
Kencederungan ini akan menjadikan siswa memiliki sikap kedisiplinan yang tidak
kompr ehensif.  Artinya,  bagi  sebagian  guru  dia  akan  berdisiplin  sedangkan  bagi
sebagian yang lainnya dia akan menunjukkan sikap yang kurang berdisiplin.
Kendala  eksternal  seper ti  yang  telah  dikemukakan  di  atas  dapat  diatasi
dengan  beberapa langkah.  Langkah yang dapat  dilakukan  misalnya dengan  cara
tetap terus mener apkan niat untuk mendisiplinkan siswa. Meskipun terkadang ada
sebagian  guru  yang  kurang  setuju  dengan  apa  yang  telah  dilakukan  oleh  guru
PKn. Melalui niat untuk tetap terus menerapkan aturan dalam pembelajaran agar
tercipta  kedisiplinan,  seorang  guru  PKn  seringkali  harus  mener ima  sikap  yang
kurang  menyenangkan  dari  guru  lain.  Langkah  lain  untuk  mengatasi  kendala
eksternal  berupa  lingkungan  dilakukan  juga  melalui  forum  ataupun  pendekatan
personal. Melalui pendekatan ini seor ang guru PKn dapat memberikan penjelasan
dan  rasional  tentang  pentingnya  penanaman  nilai  moral  kedisiplinan.  Melalui
langkah  ini  maka  setiap  strategi  yang  dilakukan  oleh  guru  PKn  dalam  rangka
menanamkan nilai kedisplinan secar a perlahan akan mendapatkan dukungan dari
semua pihak dan menciptakan budaya disiplin di sekolah.
Kesimpulan dan Saran
Dar i penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa upaya yang
dilakukan  oleh  guru  PKn  dalam  menanamkan  nilai  moral  kedisiplinan  adalah
melalui  cara  mendisiplinkan  siswa  dengan pendekatan  yang demokratis. Hal  itu
terlihat  dar i aturan  yang  dibuat  gur u di  kelas  dibuat dengan  cara  menggunakan
penjelasan dan rasional mengapa  siswa harus melakukan sikap tertentu (disiplin)
dalam pembelajaran. Guru dalam menerapkan cara ini juga lebih mengedepankan
13



aspek  edukatif  dar ipada  hukuman  yang  diberikan.  Kendala  yang  dihadapi  guru
dalam  menanamkan  nilai  moral  kedisiplinan  berupa  kendala  internal  dan
eksternal. Kendala internal merupakan kendala yang datang dar i gur u itu sendiri,
sementara kendala eksternal merupakan kendala yang datang dari luar  diri guru.
Saran  yang  dapat  diberikan  tentang  penanaman  nilai  moral  kedisiplinan
melalui mata pelajaran PKn, yaitu agar penanaman nilai moral kedisiplinan dapat
ber hasil dengan baik perlu ada konsistensi dar i guru terhadap aturan yang dibuat.
Guru  harus  dapat  bersikap  konsisten  dan  dapat  menjadi  teladan  bagi  siswanya
dalam menerapkan kedisiplinan. Selain itu, perlu ada dukungan dari semua pihak
baik  guru  mata  pelajaran  lain,  kepala  sekolah  sebagai  pengambil  kebijakan
sekolah,  dan  karyawan.  Dengan  dukungan  semua  pihak  maka  upaya  untuk
menanamkan nilai moral kedisiplinan akan sedikit mengalami kendala.
14



DAFTAR PUSTAKA
Burhan  Bungin. 2001.
Metode Penelitian  Kualitatif: Aktualisasi  Metodologis Ke
Arah Ragam Varian Kontemporer.
Jakarta: Raja Garafindo Persada.
Echols,  John  M.  dan  Hassan  Shadily.  2002.
Kamus  Inggris- Indonesia.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kirschenbaum,  H.  1995.
100 Ways  to  Enhance  Values  and Morality  in  Schools
and Youth Settings.
Massachusetts: Allyn & Bacon.
Hurlock,  Elizabeth  B.  1978.
Perkembangan  Anak:   Edisi  Keenam.
Alih  Bahasa
Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Er langga.
Lexy  J.  Moleong. 2000.
Metode  Penelitian  Kualitatif.
Bandung:  Remaja  Rosda
Karya.
Lickona, T. 1992.
Educating for Character.
New York: Bantam Books.
Republik  Indonesia.  2003. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakar ta: Sekretariat Negara R.I.
________________.  2005.  Peraturan Pemerintah  Republik I ndonesia  Nomor  19
tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara R.I.
Ruminiati.  2007.
Modul  Pendidikan  Kewarganegaraan  SD:  Untuk  Program  S1
PJJ.
Jakar ta: Dir jen Dikti, Depdiknas R.I.
Sanapiah  Faisal.  2001.
Format-format  Penelitian  Sosial.
Jakar ta:  Raja  Grafindo
Persada.
Soenarjati  dan  Cholisin.  1994.
Dasar  dan  Konsep  Pendidikan  Pancasila.
Yogyakarta: Laboratorium PMP dan KN.
W.J.S.  Poerwadar minta.  2007.
Kamus  Umum  Bahasa  Indonesia  Edisi  Ketiga.
Jakar ta: Balai Pustaka.
15



16

No comments:

Post a Comment

Tukar Link

Free Search Engine Submission